KABARREPUBLIK.ID — Pengunduran diri Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Minggu (7/9) langsung memicu persaingan ketat dalam perebutan kursi kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP).
Kehilangan mayoritas di parlemen membuat posisi ketua partai tidak otomatis menjabat sebagai Perdana Menteri. Kondisi ini membuka peluang bagi tokoh oposisi untuk ikut bersaing memimpin negeri Sakura.
Kandidat dari Partai Demokrat Liberal
Sanae Takaichi (64 tahun): Calon Perdana Menteri Perempuan Pertama?
Jika berhasil memenangkan pemilihan, Sanae Takaichi akan mencatat sejarah sebagai Perdana Menteri perempuan pertama Jepang. Politisi senior ini berpengalaman sebagai Menteri Keamanan Ekonomi dan Menteri Dalam Negeri.
Ia dikenal dengan pandangan konservatif, termasuk kebiasaannya berziarah ke Kuil Yasukuni yang kerap menimbulkan kontroversi. Takaichi secara vokal menentang kenaikan suku bunga Bank of Japan dan mendorong peningkatan belanja pemerintah untuk memperkuat ekonomi nasional.
Shinjiro Koizumi (44 tahun): Reformis Muda dengan Popularitas Tinggi
Putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi ini berpeluang menjadi Perdana Menteri termuda dalam sejarah modern Jepang. Lulusan Universitas Columbia ini kini menjabat sebagai Menteri Pertanian.
Ia dikenal sebagai figur reformis dengan kebijakan pengendalian harga beras serta sikap anti-nuklir saat menjabat Menteri Lingkungan Hidup. Meski begitu, pandangannya mengenai kebijakan moneter Jepang masih belum jelas bagi publik.
Yoshimasa Hayashi (64 tahun): Berbekal Pengalaman Diplomasi dan Pemerintahan
Yoshimasa Hayashi Saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, Hayashi memiliki rekam jejak panjang di pemerintahan. Ia pernah menduduki kursi Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertanian.
Fasih berbahasa Inggris, Hayashi menimba ilmu di Harvard Kennedy School dan sempat bekerja di perusahaan perdagangan Mitsui & Co. Ia menegaskan bahwa Bank of Japan harus tetap independen dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Kandidat dari Oposisi
Yoshihiko Noda (68 tahun) – Partai Demokrat Konstitusional Jepang
Sebagai mantan Perdana Menteri, Noda memimpin oposisi terbesar saat ini. Pada masa jabatannya (2011–2012), ia mengusulkan kenaikan pajak konsumsi menjadi 10 persen untuk mengurangi beban utang negara.
Namun, dalam kampanye terbaru, Noda justru menawarkan pemotongan sementara pajak konsumsi pada bahan makanan. Ia juga bertekad menghentikan stimulus besar-besaran Bank of Japan.
Yuichiro Tamaki (56 tahun) – Partai Demokrat untuk Rakyat
Mantan birokrat Kementerian Keuangan ini mendirikan partainya pada 2018 dan berhasil membangun popularitas dengan gagasan peningkatan pendapatan masyarakat. Tamaki mendorong pemotongan pajak, perluasan keringanan serta mendukung pembangunan PLTN baru.
Ia juga mengutamakan penguatan pertahanan nasional dan memperketat aturan kepemilikan tanah oleh warga asing. Menurutnya, stimulus moneter hanya boleh dihentikan setelah upah riil masyarakat meningkat.
Tantangan Berat Bagi Pemimpin Baru Jepang
Siapa pun yang terpilih, baik dari LDP maupun oposisi, harus menghadapi tantangan besar dalam menstabilkan ekonomi Jepang. Inflasi yang terus menekan, ketidakpastian global dan tekanan politik dalam negeri menjadi pekerjaan rumah utama.
Pertarungan kali ini bukan hanya soal siapa yang akan menduduki kursi perdana menteri, tetapi juga arah kebijakan Jepang di masa depan.














