KABARREPUBLIK.ID – Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Densus 88 Anti Teror Polri Gorontalo bersama Subdit IV Kamneg Direktorat Intelkam Polda Gorontalo menggelar penyuluhan bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Boalemo, Selasa (16/9/2025) pukul 11.00 Wita.
Kepala MAN 1 Boalemo, Sitti Chadijah Djafar Ishak M.Pd., menyampaikan rasa syukur atas kegiatan tersebut.
“Edukasi seperti ini sangat dibutuhkan agar siswa memahami bahaya ideologi yang mengancam persatuan bangsa”, ujarnya.
Dalam penyuluhan itu, tim Densus 88 menjelaskan bahwa intoleransi muncul ketika seseorang tidak menghargai hak orang lain, melakukan diskriminasi berbasis suku, agama, ras atau gender, serta memaksakan kehendak.
Selain itu, pemateri menekankan bahwa radikalisme tercermin dari sikap menolak Bhinneka Tunggal Ika dan menentang simbol negara, termasuk bendera merah putih serta lagu kebangsaan.
Lebih lanjut, tim menegaskan bahwa terorisme menghalalkan berbagai bentuk kekerasan.
“Penganut paham ini bahkan menganggap pemerintah Indonesia kafir karena tidak menganut hukum berbasis agama”, jelasnya di hadapan ratusan siswa.
Tim juga menguraikan tanda-tanda pelajar yang mulai terpapar paham radikal. Gejalanya antara lain enggan menyanyikan Indonesia Raya, menolak memberi hormat pada bendera dan menganggap upacara kenegaraan sebagai bid’ah.

Dengan demikian, para siswa didorong untuk memahami serta mengamalkan empat pilar kebangsaan: UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
“Pemahaman terhadap empat pilar ini menjaga semangat persatuan dan memperkuat rasa kebangsaan”, tegas petugas.
Sementara itu, eksnapiter Fahrul Zaman memberikan kesaksian langsung. Ia menceritakan pengalamannya ketika terjerat jaringan terorisme.
“Saya menyesali keterlibatan itu. Gunakan media sosial dengan bijak dan jangan percaya pada ajakan yang mengarah pada kekerasan”, pesannya.
Melalui penyuluhan ini, Densus 88 bersama Polda Gorontalo meneguhkan komitmen memperkuat ketahanan generasi muda.
“Kami berharap para pelajar menjadi garda terdepan dalam menolak paham radikal dan teror”, tutup perwakilan tim.














