KABARREPUBLIK.ID, New York – Serangan udara Israel terhadap perunding Hamas di Doha, Qatar, Selasa (9/9/2025), memicu gelombang kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah negara Timur Tengah. Israel sebelumnya memberi tahu Amerika Serikat sebelum melancarkan serangan yang terjadi di dekat Pangkalan Udara Al-Udeid, markas militer AS di kawasan tersebut.
PBB dan Negara Timur Tengah Mengecam
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam keras serangan itu. Ia menilai Israel melanggar kedaulatan dan integritas wilayah Qatar.
“Qatar memainkan peran positif dalam upaya mencapai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan semua sandera. Semua pihak harus berupaya mencapai gencatan senjata permanen, bukan menghancurkannya”, ujar Guterres di Markas PBB, New York.
Selain PBB, negara-negara Timur Tengah, termasuk Iran, Uni Emirat Arab, Jordania, Turki dan Arab Saudi, turut melayangkan kecaman. Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman Al Saud, bahkan menelepon pemerintah Qatar dan berjanji memberikan dukungan penuh. Ia menyebut serangan Israel sebagai tindakan kejahatan yang mengganggu stabilitas kawasan.
Sementara itu, Paus Leo menyatakan keprihatinan atas situasi tersebut.
“Ada beberapa berita yang sangat serius saat ini: serangan Israel terhadap beberapa pemimpin Hamas di Qatar. Seluruh situasi ini sangat serius”, katanya di Castel Gandolfo, Italia, seperti dikutip kantor berita ANSA.
Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari mengecam serangan Israel yang menargetkan tempat pertemuan para perunding Hamas di Doha. Ia menegaskan Israel melanggar hukum internasional dan mengganggu keamanan regional. Karena itu, ia menekankan Qatar tidak akan menoleransi perilaku sembrono tersebut.
Kronologi dan Respons Israel-AS
Ledakan mengguncang lokasi serangan dan asap hitam mengepul di sekitar area. Reuters melaporkan para perunding Hamas selamat dari serangan itu. Seorang pejabat Israel kemudian mengonfirmasi kepada The Associated Press bahwa pasukannya menargetkan pimpinan Hamas di Qatar.
Meski begitu, ia hanya menyebut militer menggunakan “amunisi presisi dan intelijen tambahan” tanpa menjelaskan detail operasi tersebut. Selain itu, seorang pejabat Gedung Putih mengakui Israel sudah memberi tahu AS sebelum melancarkan serangan udara tersebut. Kedutaan Besar AS di Qatar segera menginstruksikan warganya agar tetap berada di tempat demi alasan keamanan.
Lokasi serangan berada dekat Pangkalan Udara Al-Udeid, pusat Komando Pusat militer AS di Timur Tengah. Sebelumnya, pangkalan ini pernah menjadi sasaran serangan Iran dalam konflik 12 hari Iran–Israel. Beberapa jam setelah serangan, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya merilis pernyataan resmi.
“Israel yang memulainya, Israel yang melakukannya, dan Israel yang bertanggung jawab sepenuhnya”, bunyi pernyataan tersebut.
Negosiasi Gencatan Senjata di Tengah Ketegangan
Di sisi lain, para pejabat Arab menyebut sudah ada proposal baru dari Amerika Serikat terkait gencatan senjata. Seorang pejabat senior Hamas menyebutnya “dokumen penyerahan diri yang memalukan”, tetapi Hamas tetap berencana membahasnya sebelum memberikan jawaban dalam beberapa hari ke depan.
Utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff menawarkan penyelesaian perang melalui perundingan, pembebasan sandera serta penarikan pasukan Israel dari Gaza setelah gencatan senjata tercapai. Sebelumnya, para mediator fokus menengahi gencatan senjata sementara dan pembebasan sebagian sandera sebelum berlanjut ke kesepakatan permanen. Namun, Witkoff sempat meninggalkan perundingan pada Juli lalu setelah Hamas menerima usulan yang, menurut mediator, hampir identik dengan proposal yang sudah disetujui Israel.
Akhirnya, seorang pejabat Mesir yang memantau mediasi menjelaskan bahwa serangan Israel ke Qatar terjadi saat pejabat Hamas dijadwalkan membahas proposal tersebut di Doha. Akibatnya, insiden ini memperburuk ketegangan diplomatik sekaligus menekan proses negosiasi damai di kawasan.